Jurnal Indonesia Sosial Sains Vol. 4, No. 2, Februari 2022
E-ISSN:2723 6595
http://jiss.publikasiindonesia.id/ P-ISSN:2723 6692
Doi:10. 10.36418/jiss.v4i02.782 166
Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dalam Pembuatan Edible Film (Kajian Penambahan
Lignin dan Sorbitol)
Utilization of Rice Straw Waste in the Manufacture of Edible Film (Study of the Addition of
Lignin and Sorbitol)
Ringgo E. P. Putra, Cakrasena R. Santoso, Titi Susilowati
Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur, Surabaya, Indonesia
Email: 18031010125@student.upnjatim.ac.id
Artikel info
Artikel history
Diterima
: 25-01-2023
Direvisi
: 09-02-2023
Disetujui
: 20-02-2023
Kata Kunci: Jerami Padi;
Lignin; Selulosa; Edible Film
Keywords: Rice Straw;
lignin; Cellulose; Edible Film
Abstrak
Jerami padi merupakan limbah pertanian berlignoselulosa yang sangat
melimpah di Indonesia. Limbah ini umumnya digunakan sebanyak 31% untuk
pakan ternak, 7% untuk keperluan industri, dan 62% dibakar dipersawahan.
Pembakaran ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan seperti ISPA dan
kanker. Lignoselulosa sendiri merupakan polisakarida yang terdiri dari lignin,
selulosa, dan hemiselulosa. Kandungan lignin pada jerami padi dapat
digunakan untuk produksi edible film, sehingga dapat meningkatkan
kegunaannya dan menurunkan persentase pembakaran limbah ini
dipersawahan. Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang
dapat dimakan dan diletakkan diantara komponen makanan. Komponen
utama penyusun edible film yaitu hidrokloid/lipid /komposit, filler, dan zat
pemlastis. Kegunaan dari penambahan zat pemlastis yaitu untuk menjadikan
edible film elastis. Kegunaan dari filler ini yaitu untuk memodifikasi sifat
edible film yang ingin dihasilkan. Contoh dari zat pemlastis dan filler yaitu
sorbitol dan lignin. Pada penelitian ini bahan sorbitol dan lignin ditambahkan
ke dalam bahan biomassa selulosa yang berasal dari jerami padi. Bahan-bahan
ini diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 400 rpm dan suhu
65oC selama 25 menit sebelum campuran dicetak diatas plat kaca. Setelah
edible film di cetak dan dikeringkan dilakukan analisa kuat tarik dan degradasi
pada edible film. Hasil menunjukkan terjadi penurunan nilai kuat tarik edible
film dengan tren penurunan terendah pada penambahan lignin lignin 3% dan
sorbitol 9 ml. Hasil analisa % degradasi menunjukkan bahwa nilai %
degradasi cenderung meningkat tanpa adanya penambahan lignin.
Abstract
Rice straw is a very abundant lignocellulose agricultural waste in Indonesia.
This waste is generally used as much as 31% for animal feed, 7% for
industrial purposes, and 62% burned in rice fields. This burning can cause
respiratory disorders such as ARI and cancer. Lignocellulose itself is a
polysaccharide consisting of lignin, cellulose, and hemicellulose. The lignin
content in rice straw can be used for the production of edible film, so as to
increase its usefulness and reduce the percentage of incineration of this waste
in rice fields. Edible film is a thin layer made from edible materials and laid
between food components. The main components constituting edible film are
hydrocloids/lipids/composites, fillers, and plasticizers. The use of the addition
of a plasticizing agent is to make edible film elastic. The use of this filler is to
modify the edible nature of the film you want to produce. Examples of
oligomeric substances and fillers are sorbitol and lignin. In this study, sorbitol
and lignin materials were added to cellulose biomass materials derived from
rice straw. These materials are stirred using a magnetic stirrer at a speed of
400 rpm and a temperature of 65oC for 25 minutes before the mixture is
printed on a glass plate. After the edible film is printed and dried, an analysis
of tensile strength and degradation of the edible film is carried out. The results
Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dalam Pembuatan Edible Film (Kajian Penambahan Lignin dan Sorbitol)
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
167
showed a decrease in the tensile strength value of edible film with the lowest
downward trend in the addition of 3% lignin lignin and 9 ml sorbitol. The
results of the % degradation analysis show that the value of % degradation
tends to increase without the addition of lignin.
Koresponden author:
Email:
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
CC BY SA
2022
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya adalah petani.
Produk yang dihasilkan dari sektor pertanian salah satunya yaitu beras sebagai produk utama
dan jerami padi sebagai produk samping (Maulana et al., 2020). Data BPS menyebutkan
produksi gabah padi pada tahun 2016 hingga 2020 untuk daerah Kabupaten Sidbpoarjo
berturut-turut sebesar 218.900 ton, 204.425 ton, 239.183 ton, 234.788 ton, dan 225.346 ton
dengan rerata didapat sebesar 224.528 ton (BPS, 2021). Rasio antara bobot gabah padi yang
dipanen dengan jerami pada saat panen umumnya 2:3, sehingga didapat rata-rata jerami padi
yaitu sebesar 336.792 ton (Idawati et al., 2017). Umumnya jerami padi dimanfaatkan sebagai
pakan ternak sebesar 31%, 7% untuk keperluan industri dan sisanya akan dibakar dipersawahan
(Ambarsari et al., 2019). Hasil pembakaran limbah jerami padi menimbulkan asap yang dapat
menyebabkan pencemaran udara dan pencemaran tanah dan bila terhirup akan menjadi
penyebab terjadinya berbagai macam penyakit seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan),
kanker pernapasan, dan lain-lain, sehingga perlu dilakukan cara lain untuk mengatasi limbah
jerami padi agar tidak menumpuk (Rhofita, 2016). Salah satu solusinya yaitu dengan
memanfaatkan kandungan lignoselulosa pada jerami padi.
Limbah jerami padi mengandung lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa,
dan lignin (Sutini et al., 2019). Prosentase kandungan selulosa dalam jerami padi berkisar antara
20-26% dan kandungan lignin sebesar 14-30% (Polnaya et al., 2016; Sukaryani, 2018).
Sedangkan berdasarkan analisa kami dengan metode Chesson-Datta, untuk jerami padi dari
Kabupaten Sidoarjo memiliki kadar lignin 22,06%, selulosa 38,29%, dan hemiselulosa 10,88%.
Tingginya kandungan selulosa dalam lignoselulosa jerami padi menyebabkan jerami padi dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan edible film (Polnaya et al., 2016).
Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan dan diletakkan
diantara komponen makanan yang berfungsi sebagai pembatas terhadap transfer massa
(misalnya kelembapan, oksigen, lipid, dan zat terlarut), dan sebagai pembawa bahan makanan
(Aadil et al., 2016; Polnaya et al., 2016). Komponen utama penyusun edible film yaitu
hidrokloid, lipid, dan komposit (Polnaya et al., 2016). Dalam penelitian ini bahan komposit
yang digunakan adalah selulosa. Selulosa merupakan produk biosintetik dari tumbuhan, yang
merupakan penyusun dinding sel tanaman berupa polimer linier yang merupakan polisakarida
berbobot molekul tinggi (Kuutti, 2013; Sharma et al., 2020). Ikatan yang panjang tersebut
tersusun atas banyak molekul glikopiranosa. Pada dinding tanaman berikatan dengan lignin dan
hemiselulosa membentuk ikatan lignoselulosa yang memberikan kekuatan mekanis dan
kekakuan untuk melindungi tanaman (Ashter, 2016).
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4 No. 02 Februari 2023
168
Selain selulosa ditambahkan bahan lain yaitu maizena. Maizena akan berfungsi sebagai
hidrokoloid yang akan menyebabkan produk yang dihasilkan memiliki sifat lentur dan kuat
(Kartikasari et al., 2016). Sifat tersebut ada karena kandungan amilosa dan amilopektin yang
menyebabkan produk tersebut berperan sebagai improver. Improver sendiri adalah bahan yang
ditambahkan untuk memperbaiki sifat bahan lain (Nisah, 2018). Penambahan amilosa pada
suatu produk akan menghasilkan terjadinya pembentukan ikatan hidrogen antarmolekul
glukosa penyusunnya dan selama pemanasan mampu membentuk jaringan tiga dimensi yang
dapat memerangkap air sehingga menghasilkan gel yang kuat (Muin et al., 2017). Kadar
amilosa maizena adalah 27-35,10% dan amilopektin adalah 60-73% (Aini et al., 2016). Selain
bahan-bahan diatas (Souza de Miranda et al., 2015) mengatakan bahwa produk edible film
dapat ditambahkan filler. Filler umumnya ditambahkan untuk memperbaiki sifat yang buruk
dari suatu bahan seperti memperkuat dan menurunkan kerapuhan (Merijs‐Meri et al., 2019).
Lignin dalam lignoselulosa dapat dimanfaatkan sebagai filler dalam edible film (Zhang et al.,
2017).
Penambahan lignin dapat menurunkan kelarutan edible film sehingga akan meningkatkan
waktu degradasi (Zadeh et al., 2018). Penurunan kelarutan edible film akan menyebabkan kuat
tarik edible film menurun sehingga perlu ditambahkan bahan lain untuk meningkatkan
elastisitas dan kuat tariknya. Plasticizer berguna untuk mengurangi kekakuan polimer sehingga
diperoleh lapisan yang elastis dan fleksibel, untuk mengatasi sifat rapuh, mudah patah, dan
kurang elastis (Putra et al., 2017). Plasticizer menurunkan kekakuan polimer dengan cara
menurunkan gaya intermolekul dan meningkatkan fleksibilitas film dengan memperlebar ruang
kosong molekul serta melemahkan ikatan hidrogen rantai polimer (Yang et al., 2019). Sorbitol
dipilih sebagai plasticizer dalam penelitian ini karena kelarutannya dalam air yang tinggi
(Sitompul & Zubaidah, 2017).
Riset tentang edible film telah dilakukan diberbagai negara. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh (Aadil et al., 2016) dimana penambahan 0,4% v/v lignin pada
gelatin memberikan kuat tarik sebesar 0,28 MPa, sedangkan nilai kuat tarik edible film gelatin
(tanpa penambahan lignin) yaitu sebesar 1,22 MPa. Selain itu menambahkan penambahan 2%
w/w lignin pada soy protein isolate memberikan kuat tarik 4,11 MPa, nilai ini lebih kecil dari
nilai kuat tarik edible film tanpa penambahan lignin yaitu sebesar 4,74 MPa (Zadeh et al., 2018).
Penambahan lignin pada penelitian-penelitian itu dilakukan dengan lignin dan bahan utama dari
sumber yang berbeda. Berdasarkan percobaan pendahuluan yang dilakukan penambahan lignin
diatas 10% w/w memberikan produk edible film yang getas dan mudah hancur. Penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk mencoba membuat edible film dengan lignin dan bahan utama dari
sumber yang sama sehingga dapat diketahui variasi penambahan lignin untuk mendapatkan
kuat tarik dan waktu degradasi yang optimal.
Metode Penelitian
Pretreatment
Jerami padi yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari persawahan di daerah Waru,
Sidoarjo. Jerami padi tersebut dicuci kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari hingga
berwarna kecoklatan dan kering. Jerami padi yang telah kering akan dipotong dengan ukuran ±
3 cm dan dihaluskan dengan blender sebelum diayak dengan ayakan 50 mesh. Hasil lolos
ayakan berupa serbuk jerami padi.
Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dalam Pembuatan Edible Film (Kajian Penambahan Lignin dan Sorbitol)
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
169
Dilakukan isolasi selulosa dari serbuk jerami padi menggunakan metode organosolv
dengan larutan ethanol 70% selama 20 jam dalam suhu ruang dengan perbandingan 1:20 untuk
ethanol. Organosolv dipilih karena menghasilkan lignin dengan kadar purisitas tinggi,
sedikitnya residu karbohidrat dan mineral yang terbawa oleh solven, dan menghasilkan lignin
dengan berat molekul rendah (Abraham, 2017; Bajpai, 2017). Metode pretreatment organosolv
ini akan menghasilkan dua produk yakni fraksi solid yang merupakan biomassa kaya selulosa
dan fraksi liquid yang terlarut lignin dan hemiselulosa, dimana fraksi liquid dapat dipisahkan
lagi menjadi liquid kaya hemiselulosa dan padatan lignin hasil presipitasi (Nitsos et al., 2017).
Fraksi solid akan dikeringkan hingga berat konstan dengan oven bersuhu 110
o
C lalu
direndam dalam larutan HCl 0,2 M selama 2 jam dengan suhu 50
o
C. Setelahnya akan dilakukan
filtrasi menggunakan kertas saring. Hasil padatan akan dikeringkan dengan oven bersuhu 110
o
C
hingga berat konstan lalu disimpan sebagai serbuk selulosa sedangkan filtrat akan dibuang.
Fraksi liquid dari organosolv berupa lignin terlarut dalam ethanol akan ditambahkan larutan
H
2
SO
4
hingga berpH=2 dan dipanaskan diatas kuali hingga terbentuk precipitat. Precipitat akan
dipisahkan dengan filtrasi dan dikeringkan dengan oven bersuhu 110
o
C hingga berat konstan
kemudian disimpan sebagai serbuk lignin.
Pembuatan Edible Film
Edible film dibuat dengan menambahkan serbuk selulosa ke dalam 30 ml aquadest diatas
magnetic stirrer bersuhu 65
o
C dan diaduk dengan kecepatan 400 rpm. Maizena 1 g dalam 10
ml kemudian ditambahkan kedalam campuran. Lignin ditambahkan dengan variasi 0%,1%,2%,
dan 3% sedangkan sorbitol ditambahkan dengan variabel 3,5,7,9 ml. Pengadukan dilakukan
selama 25 menit. Hasil campuran dicetak diatas pelat kaca dan dikeringkan dibawah suhu ruang
selama 72 jam. Setelah kering hasil cetakan dilepas dari plat kaca dan disimpan dalam plastik
wrap sebelum dilakukan analisa.
Hasil dan Pembahasan
Analisa Kuat Tarik dan Laju Degradasi
Analisa kuat tarik edible film dilakukan menggunakan alat stress analyzer dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Analisa Kuat Tarik Edible Film Terhadap berbagai variasi Lignin dan
Sorbitol
Lignin
0%
1%
2%
3%
Sorbitol 3 ml
0,271 MPa
0,107 MPa
0,082 MPa
0,015 MPa
Sorbitol 5 ml
0,187 MPa
0,083 MPa
0,067 MPa
0 MPa
Sorbitol 7 ml
0,12 MPa
0,076 MPa
0,039 MPa
0 MPa
Sorbitol 9 ml
0,108 MPa
0,073 MPa
0,022 MPa
0 MPa
Berdasarkan tabel 1. hasil analisa kuat tarik, kuat tarik tertinggi yaitu sebesar 0,271 MPa
yang didapat pada bioplastik dengan sorbitol 3 ml. Kuat tarik terendah yaitu sebesar 0 MPa
yang didapat pada bioplastik dengan sorbitol 5 - 9 ml dan lignin 3%. Hasil ini masih belum
memenuhi standar edible film menurut Japanese Industrial Standard (JIS) No. 1707 tahun 2019
yang mana edible film harus memiliki nilai kuat tarik min 0,3923 MPa (Santoso, 2020).
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4 No. 02 Februari 2023
170
Peningkatan konsentrasi lignin dan volume sorbitol menyebabkan kuat tarik bioplastik
menurun. Lignin yang ditambahkan kedalam edible film akan berfungsi sebagai filler yang akan
masuk kedalam matriks polimer dan akan berikatan dengan gugus OH dari polimer (Merijs
Meri et al., 2019). Sehingga dengan adanya filler, campuran akan semakin padat dan kaku
(Maryanti et al., 2018). Gugus Hidroksi (OH) dalam lignin serta sifat hidrofobiknya
mengakibatkan edible film yang terbentuk memiliki nilai kuat tarik yang lebih rendah
dibandingkan tanpa penambahan lignin (Souza de Miranda et al., 2015). Semakin tinggi volume
sorbitol yang digunakan menyebabkan semakin rendah nilai kuat tarik bioplastik, hal ini
dikarenakan sorbitol menurunkan ikatan hidrogen antara bahan penyusun sehingga jarak antara
bahan meningkat dan nilai kuat tarik menurun (Rahmawati et al., 2019).
Edible film pada tanah lalu diamati perubahan-perubahan yang terjadi. Dari pengamatan
yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi lignin (%) terhadap % degradasi pada berbagai
volume sorbitol
Berdasarkan gambar 1. Pengaruh konsentrasi lignin, nilai % degradasi terbesar yaitu
sebesar 14,1729% yang didapat pada bioplastik dengan penambahan sorbitol 9 ml. Nilai %
degradasi terkecil yaitu sebesar 6,4852% pada bioplastik dengan penambahan lignin 3% dan
sorbitol 3 ml. Peningkatan konsentrasi lignin menyebabkan % degradasi bioplastik menurun
dan peningkatan volume sorbitol menyebabkan % degradasi meningkat. Peningkatan
konsentrasi lignin menyebabkan % degradasi menurun, hal ini disebabkan oleh lignin yang
merupakan polimer yang terdiri dari unit fenilpropane yang saling berikatan silang dengan
ikatan kimia yang bervariasi. Struktur lignin yang kompleks ini menyulitkan mikroba untuk
mendegradasi bioplastik (Suryani, 2021). Peningkatan volume sorbitol menyebabkan
meningkatnya nilai % degradasi, hal ini dikarenakan sifat sorbitol yang hidrofilik yang berarti
dapat berikatan dengan air. Air merupakan media hidup untuk mikroba pengurai, sehingga
semakin tinggi sorbitol maka semakin cepat proses penguraian (Arief et al., 2021).
y = -1.862x + 0.1244
y = -2.0533x + 0.1332
y = -1,8924x + 0,1376
y = -1.38x + 0.1389
6%
7%
8%
9%
10%
11%
12%
13%
14%
0% 1% 2% 3%
% Degradasi
Konsentrasi lignin (%)
Grafik Konsentrasi Lignin VS % Degradasi
Sorbitol 3ml
Sorbitol 5ml
Sorbitol 7ml
Sorbitol 9ml
Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dalam Pembuatan Edible Film (Kajian Penambahan Lignin dan Sorbitol)
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
171
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah bahwa edible film yang dibuat
dari limbah jerami padi yang ditambahkan lignin sebagai filler dan sorbitol sebagai plastcizer
masih belum memenuhi standar menurut Japanese Industrial Standard (JIS) No. 1707 tahun
2019. Hal ini dikarenakan adanya struktur lignin yang kompleks dan rumit sehingga
menyebabkan kaku dan sulit terurai. Penambahan sorbitol sebagai zat pemlastis menyebabkan
% degradasi meningkat dan nilai kuat tarik menurun hal ini dikarenakan sorbitol menurunkan
ikatan hidrogen antara bahan penyusun sehingga jarak antara bahan meningkat. Kombinasi
terbaik untuk memadukan antara lignin dan sorbitol yaitu dengan lignin 2% dan sorbitol 5 ml
yang ditinjau berdasarkan nilai kuat tarik sebesar 0,067 MPa dan % degradasi sebesar
11,1859% selama masa pengujian 6 hari.
Bibliografi
Aadil, K. R., Barapatre, A., & Jha, H. (2016). Synthesis and characterization of Acacia lignin-
gelatin film for its possible application in food packaging. Bioresources and
Bioprocessing, 3(1), 111.
Abraham, M. (2017). Encyclopedia of sustainable technologies. Elsevier.
Aini, N., Wijonarko, G., & Sustriawan, B. (2016). Sifat fisik, kimia, dan fungsional tepung
jagung yang diproses melalui fermentasi. Agritech, 36(2), 160169.
Ambarsari, W., Suherman, A., & Mahmud, Y. (2019). Jerami Padi Fermentasi sebagai
Alternatif Solusi Pakan Sapi Berkualitas di Desa Majasari, Indramayu. Abdi Wiralodra:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 8094.
Arief, M. D., Mubarak, A. S., & Pujiastuti, D. Y. (2021). The concentration of sorbitol on
bioplastic cellulose based carrageenan waste on biodegradability and mechanical
properties bioplastic. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 679(1),
12013.
Ashter, S. A. (2016). Introduction to bioplastics engineering. William Andrew.
Bajpai, P. (2017). Carbon fibre from lignin. Springer.
BPS. (2021). Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Padi Sawah dan Ladang. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo.
Idawati, I., Rosnina, R., Jabal, J., Sapareng, S., Yasmin, Y., & Yasin, S. M. (2017). Penilaian
kualitas kompos jerami padi dan peranan biodekomposer dalam pengomposan. Journal
Tabaro Agriculture Science, 1(2), 127135.
Kartikasari, S. N., Sari, P., & Subagio, A. (2016). Karakterisasi sifat kimia, profil amilografi
(rva) dan morfologi granula (sem) pati singkong termodifikasi secara biologi. Jurnal
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4 No. 02 Februari 2023
172
Agroteknologi, 10(01), 1224.
Kuutti, L. (2013). Cellulose, starch and their derivatives for industrial applications: Structure-
property studies.
Maryanti, E., Gustian, I., & Bagaskara, I. (2018). Pengaruh Penambahan Nanopartikel ZnO
yang Disintesis Menggunakan Capping Agent Bawang Putih Terhadap Sifat Kuat Tarik
dan Perpanjangan Putus Bioplastik dari Pati Ubi Jalar.
Maulana, A. W., Rochdiani, D., & Sudrajat, S. (2020). Analisis Biaya, Pendapatan Dan R/C
Agroindustri Tahu Di Desa Cidadap Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 7(2), 324331.
Merijs‐Meri, R., Zicans, J., Ivanova, T., Bochkov, I., Varkale, M., Franciszczak, P., Bledzki,
A. K., Danilovas, P. P., Gravitis, J., & Rubenis, K. (2019). Development and
characterization of grain husks derived lignocellulose filler containing polypropylene
composites. Polymer Engineering & Science, 59(12), 24672473.
Muin, R., Anggraini, D., & Malau, F. (2017). Karakteristik fisik dan antimikroba edible film
dari tepung tapioka dengan penambahan gliserol dan kunyit putih. Jurnal Teknik Kimia,
23(3), 191198.
Nisah, K. (2018). Study pengaruh kandungan amilosa dan amilopektin umbi-umbian terhadap
karakteristik fisik plastik biodegradable dengan plastizicer gliserol. BIOTIK: Jurnal
Ilmiah Biologi Teknologi Dan Kependidikan, 5(2), 106113.
Nitsos, C., Rova, U., & Christakopoulos, P. (2017). Organosolv fractionation of softwood
biomass for biofuel and biorefinery applications. Energies, 11(1), 50.
Polnaya, F. J., Ega, L., & Wattimena, D. (2016). Karakteristik edible film pati sagu alami dan
pati sagu fosfat dengan penambahan gliserol. Agritech, 36(3), 247252.
Putra, A. D., Johan, V. S., & Efendi, R. (2017). Penambahan sorbitol sebagai plasticizer dalam
pembuatan edible film pati sukun. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Pertanian,
4(2), 115.
Rahmawati, M., Arief, M., & Satyantini, W. H. (2019). The effect of sorbitol addition on the
characteristic of carrageenan edible film. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 236(1), 12129.
Rhofita, E. I. (2016). Kajian pemanfaatan limbah jerami padi di bagian hulu. Jurnal Al-Ard:
Jurnal Teknik Lingkungan, 1(2), 7479.
Santoso, B. (2020). Edible Film Teknologi dan Aplikasinya. Unsri Press.
Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dalam Pembuatan Edible Film (Kajian Penambahan Lignin dan Sorbitol)
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
173
Sharma, K., Goyat, M. S., & Vishwakarma, P. (2020). Synthesis of Polymer Nano-composite
coatings as corrosion inhibitors: A quick review. IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering, 983(1), 12016.
Sitompul, A. J. W. S., & Zubaidah, E. (2017). Pengaruh jenis dan konsentrasi plasticizer
terhadap sifat fisik edible film kolang kaling (Arenga pinnata). Jurnal Pangan Dan
Agroindustri, 5(1).
Souza de Miranda, C., Ferreira, M. S., Magalhães, M. T., Gonçalves, A. P. B., Carneiro de
Oliveira, J., Guimarães, D. H., & José, N. M. (2015). Effect of the glycerol and lignin
extracted from Piassava fiber in cassava and corn starch films. Materials Research, 18,
260264.
Sukaryani, S. (2018). Kajian Kandunganlignin Dan Selulosa Jerami Padi Fermentasi. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian, 2(2).
Suryani, R. R. (2021). Pemanfaatan protein ampas tahu sebagai bahan dasar pembuatan
Bioplastik (Plastik Biodegradable). UIN Sunan Ampel Surabaya.
Sutini, S., Widihastuty, Y. R., & Ramadhani, A. N. (2019). Hidrolisis Lignoselulosa dari
Agricultural Waste Sebagai Optimasi Produksi Fermentable Sugar. Equilibrium Journal
of Chemical Engineering, 3(2), 5968.
Yang, J., Ching, Y. C., & Chuah, C. H. (2019). Applications of lignocellulosic fibers and lignin
in bioplastics: A review. Polymers, 11(5), 751.
Zadeh, E. M., O’Keefe, S. F., & Kim, Y.-T. (2018). Utilization of lignin in biopolymeric
packaging films. ACS Omega, 3(7), 73887398.
Zhang, Y., Liao, J., Fang, X., Bai, F., Qiao, K., & Wang, L. (2017). Renewable high-
performance polyurethane bioplastics derived from lignin–poly (ε-caprolactone). ACS
Sustainable Chemistry & Engineering, 5(5), 42764284.