Analisis Transfer Fee di dalam Sistem Transfer Pemain Terhadap Industri Sepak Bola Indonesia
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
129
Pendahuluan
Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer didunia (Khafi, 2016). Federation
Internationale the Football Association (FIFA) merupakan badan pengatur sepak bola di yang
mengambil peran global dalam hubungan antara olahraga dan politik. Sejak tahun 1960an dan
1970an, organisasi ini telah menunjukan metode yang cukup efektif untuk menangani masalah
skandal politik sepak bola dunia (Ruane, 2013). Organisasi ini memiliki visi menjadikan sepak
bola benar-benar mendunia, beragam dan inklusif agar bermanfaat di seluruh dunia (Nugroho
et al., 2020). Presiden FIFA, Gianni Infantino telah berfokus pada membawa FIFA dalam
reformasi yang luas, memperluas partisipasi global dalam kompetisi unggulan FIFA, dan
meningkatkan investasi dalam pengembangan sepak bola melalui the FIFA Forward Program.
Tujuan utama didirikannya FIFA adalah “to improve the game of football constantly and
promote it globally in the light unifying, educational. Cultural and humanitarian values,
particulary throughyouth and development programmes.” (Xiang, 2015).
Transfer pemain merupakan aspek yang sangat penting dari bisnis sepak bola.
Perpindahan pemain dari satu klub ke satu klub lainnya merupakan hal yang wajar terjadi di
dalam dunia sepak bola. Di Liga Eropa, kerap terjadi perpindahan sepak bola dengan
melibatkan nilai transfer yang tinggi. Klub-klub di Eropa tidak segan untuk mengeluarkan dana
besar untuk dapat merekrut pemain incaran mereka dalam dua periode transfer. Nilai pasar
pemain pun berbeda-beda sesuai dengan kemampuan pemain, klub dia bermain, hingga prestasi
pemain di dalam dan di luar lapangan.
Di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo juga banyak menaruh perhatian terhadap
isu transfer Sepakbola pemain Indonesia. Misalnya saja pada tahun 2018, saat Kementerian
Pemuda dan Olahraga memberikan masukan kepada Egy Maulana Fikri sebelum bergabung
dengan salah satu klub Sepakbola Polandia, Eropa. Kemudian tahun 2019 pemain Tim Nasional
Saddil Ramdani di transfer ke klub Malaysia. Tahun 2020 disusul oleh Amirudin Bagus Kahfi
ke salah satu klub di Belanda. Kemudian tahun 2021, Brilyan negiehta Dwiki Aldama di
transfer ke salah satu klub di Croatia, di tahun yang sama pemain Mutiara Hitam, Indonesia
Todd Rivaldo Alberth Ferre di pinjamkan ke salah satu klub di Thailand, dan bursa trsansfer
kembali diramaikan oleh pemain berbakat di Indonesia yaitu Asnawi Mangkualam, di transfer
ke salah satu klub di Korea Selatan. Adapun tahun 2022 Pratama Arhan yang bertemu dengan
Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kenji Kanasugi di Jakarta sebelum bergabung dengan Klub
Tokyo Verdy, di jepang. Namun dari sekian pemain Tim Nasional Indonesia yang bertalenta
tersebut, faktanya tidak semua dalam aktifitas perpindahan pemain tersebut terdapat nilai
transfer fee seperti pemain-pemain bertalenta di dunia.
Menyelidiki sepakbola di Inggris, pemain sebagai aset manusia dan kepentingan
pengukuran sebagai faktor penting dalam pengakuan asset (Siregar & Syarif, 2012).
Meningkatnya industri olahraga ditandai dengan meningkatnya minat kewirausahaan dan
inovasi yang mengakibatkan perluasan produk dan layanan terkait olahraga ke industri lain
karena kewirausahaan (Banjarnahor et al., 2022). Namun hingga saat ini masih banyak yang
harus dipelajari mengenai kewirausahaan dalam olahraga dan peran kunci yang dimainkannya
dalam ekonomi global (Miragaia et al., 2017).
Oleh karena itu, dibutuhkan analisa yang mendalam serta kajian yang luas terkait analisis
transfer fee dalam sistem transfer pemain sepak bola Indonesia. Dalam hal ini penulis akan
melihat mekanisme transfer fee dalam perkembangan ekonomi di industri sepakbola Indonesia,