Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
116
menyebabkan kemungkinan terpapar kuman TB Paru menjadi lebih besar (Rosyanti &
Kusumaningtiar, 2020).
Pada variabel jenis kelamin yang tertera pada Tabel 1. Karakteristik Penderita TB Paru
periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, diketahui bahwa 54 orang
(55,7%) penderita TB Paru berjenis kelamin laki-laki dan 43 orang (44,3%) berjenis kelamin
perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi
DKI Jakarta pada tahun 2018 dimana penderita TB Paru lebih banyak terjadi pada laki-laki
dengan persentase sebesar 0,58% dibandingkan dengan penderita berjenis kelamin perempuan
dengan persentase 0,45% (Pangaribuan et al., 2020).
Berdasarkan Global TB Report 2021, kejadian TB paling banyak terjadi pada laki-laki
dewasa yang menyumbang 56% kasus TB di tahun 2020, sedangkan pada wanita dewasa
menyumbang sebesar 33% dan anak-anak sebesar 11% (Organization, 2022). Menurut Survei
Prevalensi Tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2017, prevalensi TB pada laki-laki terjadi 3
kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hal tersebut mungkin dapat terjadi karena laki-
laki lebih sering terpapar oleh faktor risiko TB seperti merokok dan kurangnya kepatuhan
minum obat (Amran et al., 2021).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti et
al., 2018) tentang Gambaran Epidemiologi Penyakit Tuberkolusis Paru (TB PARU) di
Kabupaten Indramayu yang menunjukkan penderita TB paru lebih banyak berjenis kelamin
laki-laki dengan persentase sebesar 66,1% dan penderita TB paru berjenis kelamin perempuan
sebesar 33,9%. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Amina, Handoko, & Darmayanti
(2019) tentang Gambaran Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Paru di Poliklinik Paru RSUD
Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate tahun 2018 bahwa penderita penyakit TB Paru mayoritas
terjadi pada laki-laki sebanyak 73 pasien dengan persentase sebesar 62,4%.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, DKI Jakarta
termasuk ke dalam 10 besar prevalensi TB Paru tertinggi menurut Provinsi dengan persentase
0,51% dan Kota Jakarta Pusat menjadi prevalensi tertinggi di Provinsi DKI Jakarta dengan
persentase yaitu 0,88% (Diana, 2020).
Wilayah Administrasi Provinsi DKI Jakarta dibagi menjadi lima wilayah kota
administrasi dan satu kabupaten administrasi, yaitu Kota Administrasi Jakarta Selatan, Kota
Administrasi Jakarta Timur, Kota Administrasi Jakarta Pusat, Kota Administrasi Jakarta Barat,
dan Kota Administrasi Jakarta Utara, serta Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (Ariesta,
2021). Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih memiliki wilayah kerja meliputi 3 kelurahan
yaitu, Kelurahan Cempaka Putih Barat, Kelurahan Cempaka Putih Timur, dan Kelurahan
Rawasari (Firmansyah & Naibaho, 2023).
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 1. Karakteristik Penderita TB Paru
periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, didapatkan bahwa penderita TB
Paru yang datang untuk mendapatkan pengobatan di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
sejak bulan Januari 2020 hingga bulan Desember 2021 sebanyak 80 orang (82,5%) berasal dari
wilayah Kecamatan Cempaka Putih dan sebanyak 17 orang (17,5%) berasal dari wilayah luar
Kecamatan Cempaka Putih.
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala, hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainnya. Penyakit
TB paru pada dewasa dapat ditegakkan diagnosisnya jika ditemukan BTA positif pada