Jurnal Indonesia Sosial Sains Vol. 3, No. 12, Desember 2022
E-ISSN:2723 6595
http://jiss.publikasiindonesia.id/ P-ISSN:2723 6692
Doi: 10.36418/jiss.v4i02.773 113
Gambaran Epidemiologis Tuberkulosis Paru Periode 2020-2021 di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam
Epidemiological Description of Pulmonary Tuberculosis for the 2020-2021 Period at the
Cempaka Putih District Health Center and Its Review According to Islamic Views
Dinda Mustika Alamanda, Siti Maulidya Sari, Muhammad Arsyad
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta, Indonesia
Artikel info
Artikel history
Diterima
: 25-01-2023
Direvisi
: 11-02-2023
Disetujui
: 20-02-2023
Kata Kunci: Tuberkulosis
Paru; Epidemiologi;
Puskesmas; Cempaka Putih
Keywords: Pulmonary
Tuberculosis; Epidemiology;
Health Center; Cempaka Putih
Abstrak
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, Kota
Jakarta Pusat menjadi prevalensi tertinggi di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan data rekam medis
kejadian TB Paru di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada periode
tahun 2020 sampai 2021 dengan teknik pengambilan sampel yaitu pendekatan
total sampling. Hasi penelitian didapatkan paling banyak pada kategori usia
usia 15-35 tahun (55,7%) dan paling sedikit kategori <15 tahun (10,3%). Jenis
kelamin laki-laki 54 orang (55,7%) dan jenis kelamin perempuan 43 orang
(44,3). Tempat tinggal pasien 80 orang (82,5%) di Kecamatan Cempaka Putih
dan17 orang (17,5%) di luar wilayah Kecamatan Cempaka putih. Paling
banyak terdiagnosis pada bulan Januari hingga April 2020 (23,7%), dan
terdapat 3 penderita TB Paru yang reaktif dengan HIV. Kejadian penderita TB
Paru terdapat sebanyak 97 orang dengan 44 orang (45,4%) terdiagnosis pada
tahun 2020 dan 53 orang (54,6%) terdiagnosis pada tahun 2021. Kejadian TB
Paru terbanyak pada kelompok usia 15-35 tahun (55,7%), jenis kelamin laki-
laki (55,7%), bertempat tinggal penderita TB di wilayah Kecamatan Cempaka
Putih (82,5%), paling banyak terdiagnosis pada bulan Januari hingga April
2020 (23,7%), serta terdapat 3 pasien penderita TB Paru yang reaktif dengan
HIV.
Abstract
Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium
Mycobacterium tuberculosis. Based on the 2018 Riskesdas, Central Jakarta
has the highest prevalence in DKI Jakarta Province. This research is a
descriptive quantitative study using medical record data on the incidence of
pulmonary TB at the Cempaka Putih District Health Center in the period 2020
to 2021 using a sampling technique with total sampling approach. From the
results of the study, it was found that the most were in the age category of 15-
35 years (55.7%) and the least were in the category <15 years (10.3%). Male
sex 54 people (55.7%) and female sex 43 people (44.3). The residence of the
patients was 80 people (82.5%) in the Cempaka Putih District and 17 people
(17.5%) outside the Cempaka Putih District area. Most were diagnosed from
January to April 2020 (23.7%), and there were 3 patients with pulmonary TB
who were reactive with HIV. The incidence of pulmonary TB patients was 97
people with 44 people (45.4%) diagnosed in 2020 and 53 people (54.6%)
diagnosed in 2021. The highest incidence of pulmonary TB was in the age
group 15-35 years (55.7 %), male sex (55.7%), living with TB sufferers in the
Cempaka Putih District area (82.5%), most were diagnosed in January to
April 2020 (23.7%), and there were 3 HIV reactive pulmonary TB patients.
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
114
Koresponden author:
Dinda Mustika Alamanda
Email:
dindamusalm@gmail.com
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
CC BY SA
2023
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kesehatan
tubuh yang buruk dan menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia (Organization,
2022). Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan
bakteri berbentuk batang (basil) dan memiliki sifat tahan asam sehingga sering disebut Basil
Tahan Asam (BTA) (Abdul Azisman, 2019). Tuberkulosis dapat menular dari manusia ke
manusia melalui percik renik atau droplet nucleus (< 5 microns) yang dihasilkan pada saat
pasien terinfeksi TB paru batuk, bersin, ataupun berbicara (dalam Susila et al., 2022). Proses
pengobatan TB Paru berlangsung dalam waktu yang yang lama dan tidak boleh terputus, maka
dari itu maka dari itu penderita TB Paru harus tetap bersabar dan terus berikhtiar kepada Allah
SWT. Islam dan kedokteran memiliki pandangan yang sama terkait pencegahan terhadap faktor
risiko terjadinya penyakit TB Paru yaitu dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta
mengkonsumsi makanan yang halal dan bergizi (Faqih et al., 2014).
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, DKI Jakarta
termasuk ke dalam 10 besar prevalensi TB Paru tertinggi menurut Provinsi dengan persentase
0,51% (Pangaribuan et al., 2020) dan Kota Jakarta Pusat menjadi prevalensi tertinggi di
Provinsi DKI Jakarta dengan persentase yaitu 0,88% (Oktiano et al., 2022).
Secara global pada tahun 2020 diperkirakan terdapat 9,9 juta orang menderita TB yang
setara dengan 127 kasus per 100.000 penduduk (Organization, 2022). Menurut Global TB
Report 2021, pandemi COVID-19 memberikan dampak pada penyakit TB di seluruh dunia.
Dampak yang paling tampak adalah penurunan jumlah penderita yang terdiagnosis TB dan
dilaporkan. Pandemi COVID-19 juga mengakibatkan berkurangnya akses terhadap pengobatan
pasien TB. Penurunan akses terhadap diagnosis dan pengobatan pasien TB juga dapat
mengakibatkan peningkatan kematian penyakit TB (Yuni, 2016).
Berdasarkan uraian di atas, kasus TB paru di Provinsi DKI Jakarta tertinggi terdapat di
Kota Jakarta Pusat dan belum terdapat penelitian mengenai epidemiologis penyakit TB paru di
Kecamatan Cempaka Putih. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang gambaran epidemiologis TB paru di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada
periode tahun 2020 sampai tahun 2021.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan
metode survey yang bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi kejadian
penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada periode
tahun 2020 sampai 2021 berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu. Teknik pengambilan
sampel dengan pendekatan total sampling. Sampel dari penelitian ini merupakan penderita TB
Gambaran Epidemiologis Tuberkulosis Paru Periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih dan
Tinjauannya Menurut Pandangan Islam
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
115
Paru yang terdiagnosis untuk pertama kalinya dan tercatat dalam data rekam medis Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih pada periode tahun 2020 sampai 2021.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan laptop, Microsoft Excel, dan software
SPSS. Setelah data terkumpul sesuai dengan variabel penelitian akan dilakukan input data ke
dalam Microsoft Excel. Data tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam software SPSS dan
dilakukan pemrograman hingga didapatkan analisis data yang sesuai.
Analisis univariat yang dilakukan pada variabel bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik dari setiap variabel penelitian. Pada penelitian ini, variabel independen yang
dianalisis yaitu terkait usia, jenis kelamin, tempat tinggal, waktu terdiagnosis, dan status HIV,
sedangkan variabel dependennya yaitu TB paru.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada
Desember 2022-Januari 2023. Data penelitian ini menggunakan data sekunder dari data rekam
medis pasien TB Paru yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tempat tinggal, waktu terdiagnosis,
dan status HIV. Jumlah pasien penderita TB Paru di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
periode 2020-2021 berdasarkan data rekam medis terdapat sebanyak 97 orang dengan 44 orang
(45,4%) terdiagnosis pada tahun 2020 dan 53 orang (54,6%) terdiagnosis pada tahun 2021. Data
tersebut juga sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini.
Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 1. Karakteristik Penderita TB Paru periode
2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, dapat diketahui bahwa rentang usia
penderita TB Paru periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih secara
berurutan dari yang paling banyak yaitu kelompok usia 15-35 tahun terdapat sebanyak 54 orang
(55,7%), kelompok usia 36-55 tahun sebanyak 22 orang (22,7%), kelompok usia lebih dari 55
tahun sebanyak 11 orang (11,3%), dan paling rendah pada kelompok usia kurang dari 15 tahun
terdapat sebanyak 10 orang (10,3%). Menurut data hasil penelitian menunjukkan bahwa
penderita TB Paru periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih paling banyak
terdapat pada kelompok usia produktif yaitu berkisar pada umur 15-55 tahun dengan persentase
sebesar 78,4%.
Hasil dari penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Christine
(2021) tentang Karakteristik Penderita Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Kinovaro
Kabupaten Sigi, menunjukkan bahwa penderita TB Paru lebih banyak terjadi pada kelompok
usia produktif yaitu berkisar pada umur 15-50 tahun sebesar 70%.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Talarima et al., (2021)
tentang Gambaran Epidemiologi Deskriptif Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Dobo
Tahun 2016-2019, bahwa penderita TB paru berdasarkan umur lebih banyak di kelompok usia
produktif sebesar 45,2%.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi DKI Jakarta pada tahun
2018 menunjukkan bahwa penderita TB Paru paling banyak dalam kelompok usia 55-64 tahun
dan paling rendah pada usia kurang dari 1 tahun (Suma et al., 2021). Hal ini dapat terjadi karena
pada kelompok usia produktif rata-rata masih bekerja yang masih memiliki mobilitas tinggi
sehingga dapat mempengaruhi kesehatan dan daya tahan tubuh menurun yang dapat
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
116
menyebabkan kemungkinan terpapar kuman TB Paru menjadi lebih besar (Rosyanti &
Kusumaningtiar, 2020).
Pada variabel jenis kelamin yang tertera pada Tabel 1. Karakteristik Penderita TB Paru
periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, diketahui bahwa 54 orang
(55,7%) penderita TB Paru berjenis kelamin laki-laki dan 43 orang (44,3%) berjenis kelamin
perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi
DKI Jakarta pada tahun 2018 dimana penderita TB Paru lebih banyak terjadi pada laki-laki
dengan persentase sebesar 0,58% dibandingkan dengan penderita berjenis kelamin perempuan
dengan persentase 0,45% (Pangaribuan et al., 2020).
Berdasarkan Global TB Report 2021, kejadian TB paling banyak terjadi pada laki-laki
dewasa yang menyumbang 56% kasus TB di tahun 2020, sedangkan pada wanita dewasa
menyumbang sebesar 33% dan anak-anak sebesar 11% (Organization, 2022). Menurut Survei
Prevalensi Tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2017, prevalensi TB pada laki-laki terjadi 3
kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hal tersebut mungkin dapat terjadi karena laki-
laki lebih sering terpapar oleh faktor risiko TB seperti merokok dan kurangnya kepatuhan
minum obat (Amran et al., 2021).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti et
al., 2018) tentang Gambaran Epidemiologi Penyakit Tuberkolusis Paru (TB PARU) di
Kabupaten Indramayu yang menunjukkan penderita TB paru lebih banyak berjenis kelamin
laki-laki dengan persentase sebesar 66,1% dan penderita TB paru berjenis kelamin perempuan
sebesar 33,9%. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Amina, Handoko, & Darmayanti
(2019) tentang Gambaran Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Paru di Poliklinik Paru RSUD
Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate tahun 2018 bahwa penderita penyakit TB Paru mayoritas
terjadi pada laki-laki sebanyak 73 pasien dengan persentase sebesar 62,4%.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, DKI Jakarta
termasuk ke dalam 10 besar prevalensi TB Paru tertinggi menurut Provinsi dengan persentase
0,51% dan Kota Jakarta Pusat menjadi prevalensi tertinggi di Provinsi DKI Jakarta dengan
persentase yaitu 0,88% (Diana, 2020).
Wilayah Administrasi Provinsi DKI Jakarta dibagi menjadi lima wilayah kota
administrasi dan satu kabupaten administrasi, yaitu Kota Administrasi Jakarta Selatan, Kota
Administrasi Jakarta Timur, Kota Administrasi Jakarta Pusat, Kota Administrasi Jakarta Barat,
dan Kota Administrasi Jakarta Utara, serta Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (Ariesta,
2021). Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih memiliki wilayah kerja meliputi 3 kelurahan
yaitu, Kelurahan Cempaka Putih Barat, Kelurahan Cempaka Putih Timur, dan Kelurahan
Rawasari (Firmansyah & Naibaho, 2023).
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 1. Karakteristik Penderita TB Paru
periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, didapatkan bahwa penderita TB
Paru yang datang untuk mendapatkan pengobatan di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
sejak bulan Januari 2020 hingga bulan Desember 2021 sebanyak 80 orang (82,5%) berasal dari
wilayah Kecamatan Cempaka Putih dan sebanyak 17 orang (17,5%) berasal dari wilayah luar
Kecamatan Cempaka Putih.
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala, hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainnya. Penyakit
TB paru pada dewasa dapat ditegakkan diagnosisnya jika ditemukan BTA positif pada
Gambaran Epidemiologis Tuberkulosis Paru Periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih dan
Tinjauannya Menurut Pandangan Islam
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
117
pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak dilakukan dengan cara
mengumpulkan dahak SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) dan hasil dapat dikatakan positif jika dua
dari tiga pemeriksaan ditemukan BTA (Hartinah, 2018). Pemeriksaan lainnya yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosis TB paru adalah pemeriksaan radiografi dada dan
pemeriksaan CT (Computed Tomography) (Jeong et al., 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 1. Karakteristik Penderita TB Paru
periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, diketahui bahwa penderita TB
Paru di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih periode 2020-2021 lebih banyak terdiagnosis
pada tahun 2021 dengan persentase sebesar 54,7%, sedangkan pada tahun 2020 penderita TB
Paru yang terdiagnosis lebih sedikit dengan persentase 45,3%. Penderita TB Paru paling banyak
terdiagnosis pada awal tahun 2020 yaitu diantara bulan Januari hingga April 2020 sebanyak 23
orang (23,7%) dan paling sedikit terdiagnosis pada pertengahan tahun 2020 yaitu diantara bulan
Mei hingga Agustus 2020. Hal ini mungkin dikarenakan oleh pandemi COVID-19 yang terjadi
di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Menurut Global TB Report 2021, pandemi COVID-19 memberikan dampak pada
penyakit TB di seluruh dunia. Dampak yang paling tampak adalah penurunan jumlah penderita
yang terdiagnosis TB dan dilaporkan. Berdasarkan data dari WHO, terjadi penurunan jumlah
pasien yang terdiagnosis TB sekitar 18% dari 7,1 juta orang pada tahun 2019 menjadi 5,8 juta
orang pada tahun 2020 (Organization, 2022).
Pada saat penulisan ini belum terdapat penelitian terkait waktu terdiagnosis pasien
penderita TB Paru pada periode 2020 sampai 2021, namun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Widyastuti et al., 2018) tentang Gambaran Epidemiologi Penyakit
Tuberkolusis Paru (TB PARU) di Kabupaten Indramayu, diketahui bahwa penderita TB Paru
paling banyak terdiagnosis pada trimester I yaitu diantara bulan Januari hingga Maret dan yang
paling sedikit terdiagnosis yaitu diantara bulan April hingga Juni.
Orang dengan HIV positif menjadi salah satu faktor risiko dari terjadinya TB Paru
(dalam Amalia et al., 2023). Infeksi HIV dapat meningkatkan tingkat kerentanan seseorang
terhadap M. tuberculosis. Orang yang terinfeksi oleh M. tuberculosis sebagian besar tidak
menjadi sakit TB karena sistem imunitas yang baik, namun pada ODHA yang sistem
imunitasnya menurun sekitar 60% dari orang yang terinfeksi kuman TB akan menjadi sakit TB
aktif (Menteri Kesehatan RI, 2019). Secara global pada tahun 2020 diperkirakan terdapat 1,3
juta kematian diantara orang dengan HIV negatif dengan tambahan 214.000 kematian diantara
orang dengan HIV positif (Organization, 2022).
Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 1. Karakteristik Penderita TB Paru periode
2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, diketahui bahwa terdapat penderita TB
Paru yang disertai dengan reaktif HIV yaitu sebanyak 3 orang (3,1%) dan 88 orang (90,7%)
penderita TB Paru tidak disertai dengan penyakit HIV, sedangkan 6 orang lainnya (6,2%) tidak
tercatat informasi terkait status HIV-nya.
Tabel 1. Karakteristik Penderita TB Paru periode 2020-2021 di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih
Variabel
Jumlah
(Total = 97)
Persentase (%)
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
118
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang gambaran epidemiologis TB
Paru di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih periode 2020-2021 dapat disimpulkan bahwa,
1) Angka kejadian TB Paru terbanyak yaitu pada kelompok usia 15-35 tahun (55,7%), jenis
kelamin laki-laki (55,7%), bertempat tinggal penderita TB di wilayah Kecamatan Cempaka
Putih (82,5%), paling banyak terdiagnosis pada bulan Januari hingga April 2020 (23,7%), serta
terdapat 3 pasien penderita TB Paru yang reaktif dengan HIV. 2) Jumlah kejadian penderita TB
Paru terdapat sebanyak 97 orang dengan 44 orang (45,4%) terdiagnosis pada tahun 2020 dan
53 orang (54,6%) terdiagnosis pada tahun 2021. 3) Pandemi COVID-19 kemungkinan
mempengaruhi kejadian TB paru yang terlapor di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih pada
periode tahun 2020 sampai 2021 karena terdapat penurunan pasien penderita TB paru yang
terlaporkan dari sebelum COVID-19 banyak terjadi di Indonesia yaitu diantara bulan Januari
hingga April 2020 dibandingkan dengan bulan Mei hingga Agustus 2020. 4) Islam dan
kedokteran memiliki pandangan yang sama terkait pencegahan terhadap faktor risiko terjadinya
Usia
<15 tahun
10
10,3
15-35 tahun
54
55,7
36-55 tahun
22
22,7
>55 tahun
11
11,3
Total
97
100,0
Jenis Kelamin
Laki-laki
54
55,7
Perempuan
43
44,3
Total
97
100,0
Tempat Tinggal
Kecamatan Cempaka Putih
80
82,5
Luar Kecamatan Cempaka Putih
17
17,5
Total
97
100,00
Waktu Terdiagnosis
Januari-April 2020
23
23,7
Mei-Agustus 2020
8
8,2
September-Desember 2020
13
13,4
Januari-April 2021
16
16,5
Mei-Agustus 2021
15
15,5
September-Desember 2021
22
22,7
Total
97
100,0
Status HIV
Reaktif
3
3,1
Non-Reaktif
88
90,7
Tidak tercatat
6
6,2
Total
97
100,0
Gambaran Epidemiologis Tuberkulosis Paru Periode 2020-2021 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih dan
Tinjauannya Menurut Pandangan Islam
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
119
penyakit TB Paru yaitu dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta mengkonsumsi
makanan yang halal dan bergizi.
Bibliografi
Abdul Azisman, A. (2019). Gambaran Mikroskopis Basil Tahan Asam Dari Sputum Pasien
Tuberculosis Paru Yang Putus Pengobatan Di Puskesmas Sioban Tahun 2019. Stikes Perintis
Padang.
Amalia, Z. C., Priyadi, B. P., & Purnaweni, H. (2023). Evaluasi Program Pencegahan Penularan HIV
Dari Ibu Ke Anak Di Puskesmas Bogor Timur Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor. Journal Of
Public Policy And Management Review, 12(1), 283301.
Amina, D. H., & Darmayanti, D. (2019). Gambaran Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Paru Di
Poliklinik Paru Rsud Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate Tahun 2018.
Amran, R., Abdulkadir, W., & Madania, M. (2021). Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Anti
Tuberkulosis Pada Pasien Di Puskesmas Tombulilato Kabupaten Bone Bolango. Indonesian
Journal Of Pharmaceutical Education, 1(1), 5766.
Ariesta, D. (2021). Efektivitas Pengadaan Barang Dan Jasa Melalui E-Catalogue Di Kecamatan
Kebayoran Lama Kota Administrasi Jakarta Selatan. Ascarya: Journal Of Islamic Science,
Culture, And Social Studies, 1(2), 156172.
Butiop, H. M. L., Kandou, G. D., & Palandeng, H. M. F. (2015). Hubungan Kontak Serumah, Luas
Ventilasi, Dan Suhu Ruangan Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Desa Wori. Jurnal
Kedokteran Komunitas Dan Tropik, 3(4).
Christine, C. (2021). Karakteristik Penderita Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kinovaro
Kabupaten Sigi. Banua: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1(1), 712.
Diana, P. (2020). Prevalensi Penderita Tuberkulosis Paru Berdasarkan Fase Pengobatan Di Rsud
Pariaman Tahun 2017-2019. Universitas Perintis Indonesia.
Faqih, K. M., Husna, H. S., Febriani, E., Erfandi, M., Bachtiar, N. R., & Karmila, E. D. (2014). Buku
Pintar Penanggulangan Tuberkulosis: Kupas Para Kyai.
Firmansyah, Y., & Naibaho, M. L. (2023). Gambaran Capaian Imunisasi Dasar Dan Lanjutan Sebelum,
Selama Dan Saat Transisi Pandemi Covid-19 Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih.
Jurnal Riset Rumpun Ilmu Kesehatan (Jurrikes), 2(1), 2641.
Hartinah, F. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. H Dan Tn. Y Yang Anggota Keluarganya
Mengalami Tb Paru Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rogotrunan Tahun 2018.
Jeong, Y. J., Lee, K. S., & Yim, J.-J. (2017). The Diagnosis Of Pulmonary Tuberculosis: A Korean
Perspective. Precision And Future Medicine, 1(2), 7787.
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 4, No. 02 Februari 2023
120
Oktiano, D., Sarnianto, P., & Ramadaniati, H. U. (2022). Pengaruh Ketersediaan Obat Hipertensi
Terhadap Rujukan Pasien Hipertensi Ringan Dan Sedang Di Puskesmas. Journals Of Ners
Community, 13(6), 682687.
Organization, W. H. (2022). Global Tuberculosis Report 2021: Supplementary Material.
Pangaribuan, L., Kristina, K., Perwitasari, D., Tejayanti, T., & Lolong, D. B. (2020). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Pada Umur 15 Tahun Ke Atas Di Indonesia. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 23(1), 1017.
Rosyanti, I., & Kusumaningtiar, D. A. (2020). Kejadian Tb Paru Di Kota Depok. Health Publica Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 1(1), 1324.
Suma, J., Age, S. P., & Ali, I. H. (2021). Faktor Determinan Lingkungan Fisik Rumah Terhadap
Kejadian Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila. Jurnal Penelitian Kesehatan" Suara
Forikes"(Journal Of Health Research" Forikes Voice"), 12(4), 483488.
Susila, S. A., Subronto, Y. W., & Marthias, T. (2022). Implementasi Kebijakan Tatalaksana Hiv Di
Puskesmas Kabupaten Sleman. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan (The Indonesian
Journal Of Health Service Management), 25(03).
Talarima, B., Lawalata, I. V., & Mantayborbir, N. B. (2021). Gambaran Epidemiologi Deskriptif
Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Dobo Tahun 2016-2019. Jurnal Penelitian
Kesehatan" Suara Forikes"(Journal Of Health Research" Forikes Voice"), 12(3), 354360.
Widyastuti, S. D., Riyanto, R., & Fauzi, M. (2018). Gambaran Epidemiologi Penyakit Tuberkolusis
Paru (Tb Paru) Di Kabupaten Indramayu. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(2), 102115.
Yuni, I. (2016). Hubungan Fase Pengobatan Tb Dan Pengetahuan Tentang Mdr Tb Dengan Kepatuhan
Pengobatan Pasien Tb. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(3), 301312.