Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1487
Regosol (Psamments) tekstur kasar, sedangkan jenis tanah Gleisol (Aquepts), Litosol (Orthents),
Kambisol (Udepts), dan Latosol (Udepts), memiliki tekstur sedang sampai agak halus (Gayo,
Zainabun, & Arabia, 2022).
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman dimana akar tanaman masih dapat masuk ke dalam
tanah. Kedalaman biasanya dibatasi oleh lapisan penekan. Kedalaman efektif yang ditemukan di
daerah penelitian berkisar dari lapisan terlarut yang sangat dangkal hingga sangat dalam.
Secara umum, kelerengan daerah penelitian berkisar dari datar hingga sangat curam.
Kemiringan yang disarankan untuk pengembangan pertanian berkisar antara 0 – 8 %, 8 – 15 %, 15 –
30 % dan 30 – 45 %. Pada saat yang sama, lereng >45% harus dicadangkan untuk perlindungan.
Erosi yang ditemukan di daerah penelitian dicirikan dengan kondisi penggunaan lahan tersebut
terjadi akibat dari pengaruh manusia melalui pembukaan hutan dengan penebangan dan pembakaran.
Hal ini mengakibatkan timbulnya lahan-lahan kritis.
Singkapan batuan yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan lapangan menyebar pada alur
alur sungai dan pengangkatan koral yang beriinterkolasi dengan bahan tuf, sehingga tidak menjadi
penghambat untuk pengembangan pertanian di wilayah tersebut.
Pendekatan sifat-sifat kimia tanah yang dinilai di daerah penelitian menggunakan hasil
penelitian tanah terdahulu meliputi reaksi tanah (pH), Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan
Basa (KB), dan Kandungan C-Organik yang menggambarkan kondisi retensi dan ketersediaan hara
(Moulia, 2019). Hasil analisis pH tanah menunjukkan bahwa rentang respon tanah di daerah
penelitian adalah pH 5,9-7,5 atau agak masam hingga netral.
Tanaman pertanian umumnya tumbuh dan berkembang dengan baik pada kisaran pH 5,5
sampai 6,5, karena unsur hara esensial tersedia untuk memenuhi kebutuhan tanaman pada tingkat pH
tersebut. Kapasitas Tukar Kation (KTK) menunjukkan kemampuan koloid tanah untuk menyerap dan
menukar kation dari larutan tanah. KTK tanah di daerah penelitian berkisar dari sangat rendah (2,3
me/100g) hingga sedang (24,4 me/100g).
Tanah dengan KTK tinggi menyerap lebih banyak kation basa daripada tanah dengan KTK
rendah (Risamasu, 2016). Adsorpsi terjadi pada permukaan koloid tanah, dan kation yang terserap
menjadi kation yang dapat ditukar. Nilai KB umumnya berkisar dari sangat rendah (22,6%) hingga
sangat tinggi (100%). Tanah di daerah datar didominasi oleh KB yang sangat tinggi. Sedangkan lahan
di daerah perbukitan didominasi oleh KB rendah hingga sedang.
Tanah dengan KB rendah umumnya sedikit masam dan kesuburannya rendah (Firnia, 2018).
Untuk meningkatkan kesuburan tanah jenis ini, selain pemberian bahan organik juga perlu dilakukan
pemberian kapur pertanian. Dalam hal ini, bahan organik meningkatkan KTK tanah, sedangkan kapur
meningkatkan pH dan meningkatkan konsentrasi kation basa, terutama Ca dan Mg.
Kandungan bahan organik tanah bervariasi dari sangat rendah (0,6%) hingga sangat tinggi
(4,9%). Tingkat bahan organik yang sangat rendah ditemukan di tanah yang telah kehilangan lapisan
atasnya karena erosi. Pada saat yang sama, kandungan bahan organik yang tinggi ditemukan pada
permukaan tanah yang tidak tererosi, dengan menggunakan parameter sifat kimia tanah yang
diperoleh dari analisis laboratorium, status kesuburan tanah di wilayah studi dievaluasi sesuai dengan
standar yang digunakan oleh PPT/P3MT (Risamasu, 2016). Untuk menilai status kesuburan tanah di
lokasi penelitian hanya digunakan parameter KTK (cmol/kg), KB (%), bahan organik (%) dan P2O5
ppm.
Tanah yang tergolong sangat rendah hingga rendah tidak menawarkan potensi yang baik untuk
usaha pertanian berdasarkan penilaian kandungan unsur hara. Tanah ini membutuhkan nutrisi
tambahan untuk hasil maksimal, dengan kata lain, tanaman merespon dengan sangat baik terhadap