Jurnal Indonesia Sosial Sai Vol. 3, No. 11, November 2022
E-ISSN:2723 6595
http://jiss.publikasiindonesia.id/ P-ISSN:2723 6692
Doi: 10.36418/jiss.v3i11.729 1483
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman Pangan di Pulau
Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Robby. G. Risamasu
1
, Semuel Laimeheriwa
2
, Reni Tomasoa
3
, dan Edison Jambormias
4
Universitas Pattimura, Indonesia
1
2
,
tomasoareny@gmail.com
3
, Edy_jambormias@gmail.com
4
Artikel info
Artikel history
Diterima
: 27-10-2022
Direvisi
: 10-11-2022
Disetujui
: 17-11-2022
Kata Kunci: Pulau Nusalaut;
Evaluasi Lahan; Kesesuaian
Lahan; Tanaman Pangan.
Keywords: Nusalaut Island;
Land Evaluation; Land
Suitability; Food Crops.
Abstrak
Penelitian dilakukan di Pulau Nusarat di Kabupaten Maluku Tengah,
bertujuan untuk menetapkan kelas kesesuaian lahan beberapa komoditas
tanaman pangan. Pengumpulan data dan metode analisis meliputi : (1)
analisis peta-peta tematik, (2) penyusunan Peta Satuan Lahan (PSL), (3)
Peninjauan lokasi dengan metode survei lapangan dengan teknik survei
bebas; (4) pengamatan sifat dan mutu tanah setiap Satuan Tanah, dan (5)
analisis sifat dan mutu tanah setiap Satuan Tanah. Analisis lanjutannya
berupa: (1) menetapkan tingkat kesesuaian lahan dan (2) menghasilkan Peta
kelas kesesuaiaan lahan untuk komoditas tanaman pangan di pulau Nusalaut.
Hasil penilaian kelas kesesuian lahan pada tanaman pangan ubi kayu, ubi
jalar, dan jagung termasuk dalam Kategori kategori menurut margin (S3)
dan kendala ketersediaan air (wa), media akar (rc), lereng (eh) dan kategori
tidak layak (N). Tan-aman ubi kayu memiliki kelas Selisih Margin (S3) dan
Faktor Pembatas (wa, rc) seluas, 1452.4 ha atau 66.51 % dan untuk kelas
tidak sesuai (N) seluas 731.52 ha atau 33.50 %. Tanaman ubi jalar memiliki
kelas sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas (wa, rc, eh) seluas
1452.38 ha atau 66.5 % dan untuk kelas tidak sesuai (N) seluas 731.52 ha
atau 33.50 %. Tanaman jagung memiliki kelas sesuai marginal (S3) dengan
faktor pembatas (wa, rc) seluas 1452.38 ha atau 66.5 % dan untuk kelas tidak
sesuai (N) seluas 731.52 Ha atau 33.50 %.
Abstract
This research was conducted on Nusalaut Island, Central Maluku Regency,
aiming to determine the land suitability class of several food crop
commodities. Data collection and analysis methods include: (1) analysis of
thematic maps, (2) preparation of Land Unit Maps (PSL), (3) field checking
using the field survey method, which uses independent survey techniques; (4)
observation of land characteristics and quality in each land unit, and (5)
analysis of land characteristics and quality in each land unit. The follow-up
analysis is in the form of: (1) determining the level of land suitability and (2)
producing a map of land suitability classes for food crop commodities on the
island of Nusalaut. The results of the assessment of land suitability class on
food crops cassava, sweet potato, and corn included in the category of
marginally suitable class (S3) with limiting factors of water availability (wa),
rooting media (rc), slope (eh) and unsuitable class (N). Cassava plantations
had a marginally suitable class (S3) with a limiting factor (wa, rc) of 1452.4
ha or 66.51% and for an unsuitable class (N) of 731.52 ha or 33.50%. Sweet
potato plants have a marginally suitable class (S3) with a limiting factor (wa,
rc, eh) covering an area of 1452.38 ha or 66.5% and for an unsuitable class
(N) an area of 731.52 ha or 33.50%. Corn plants have a marginal suitable
class (S3) with a limiting factor (wa, rc) covering an area of 1452.38 ha or
66.5% and for an unsuitable class (N) an area of 731.52 ha or 33.50%.
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1484
Koresponden author: Semuel Laimeheriwa
Email: elvissemuel@gmail.com
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
CC BY SA
2022
Pendahuluan
Lahan adalah bagian dari lanskap dan mencakup konsep lingkungan fisik termasuk iklim,
topografi/relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi alami yang dapat mempengaruhi penggunaan lahan.
(Renyut, Kumurur, & Karongkong, 2018). Tanah selalu memiliki dampak langsung terhadap
pembangunan pertanian, dan hal ini berkaitan erat dengan kondisi eksternal dan internal. Kondisi
tersebut meliputi topografi, elevasi, kemiringan, drainase, air, dan sifat tanah. Faktor-faktor tersebut
merupakan dasar utama untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk rencana penggunaan lahan
(Fitrianto, Senoaji, & Utama, 2019)
Mencermati kelangsungan hidup para petani di Kabupaten Maluku Tengah, khususnya negeri-
negeri adat yang berada di Pulau-Pulau Lease, (Saparua, Haruku dan Nusalaut), Seram dan Ambon
yang menguasai sebidang lahan usahatani secara turun temurun dengan sebutan dusung; yaitu suatu
bentuk penggunaan lahan wanatani (agroforestri). (Wanderi, Qurniati, & Kaskoyo, 2019)
mengemukakan bahwa penerapan komposisi tanaman agroforestri bertujuan untuk menjaga fungsi
ekologi hutan dan meningkatkan pendapatan petani.
Agroforestri memiliki fungsi ekologis seperti menyediakan air dan mencegah erosi pohon dan
longsor pada lahan yang dikelola (Wanderi et al., 2019). Namun, tanpa penerapan teknologi pertanian
modern, lahan pedesaan masih memiliki sistem pengelolaan tradisional dan tidak dapat memberikan
dukungan ekonomi yang memadai bagi kehidupan petani.
Banyak faktor penyebab rendahnya produksi tanaman diantaranya kesuburan tanah (fisik, kimia
dan biologi) yang rendah, kadar air tanah yang kadang-kadang terbatas, waktu tanam yang kadang-
kadang bergeser akibat anomali iklim, serangan organisme pengganggu tanaman, serta teknologi
budidaya tanaman yang diterapkan petani relatif masih tradisionil (Pramesty, 2014).
Salah satu isu strategis pemerintah Indonesia saat ini adalah mendorong terwujudnya ketahanan
pangan nasional. Jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah tentunya harus didukung oleh
kecukupan pangan pokok yaitu pangan yang menjadi santapan utama sehari-hari. Oleh karena itu,
upaya harus dilakukan untuk menjamin keseragaman penyediaan pangan pokok dari tingkat nasional
dan daerah sampai tingkat individu setiap saat dalam satu wilayah negara Republik Indonesia dengan
memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya setempat. Lahan merupakan salah satu sumber
daya penting dalam pengembangan pertanian. Sebagai salah satu sumber daya penting, (Sudipa, 2021)
mengemukakan bahwa tanah merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan manusia
yang berkelanjutan. Pertambahan penduduk dan urbanisasi dapat mempengaruhi ketersediaan lahan di
suatu daerah. Jadi tanah tidak akan pernah bertambah, tetapi permintaan tanah terus bertambah setiap
tahun, diubah menjadi perumahan dan fasilitas lainnya. Dengan demikian informasi sumber daya
lahan di sutau wilayah penting diketahui untuk dimanfaatkan dalam pembangunan berbagai sektor,
termasuk pertanian.
Hingga saat ini informasi tentang potensi sumber daya lahan dan pemanfaatannya untuk
pengembangan pertanian di Pulau Nusalaut relatif sangat terbatas. Petani di wilayah ini umumnya
dalam melakukan usaha budidaya tanaman belum sepenuhnya mempertimbangkan kesesuaian
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1485
lahannya. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya produksi tanaman jauh dibawah potensi produksinya
serta belum sepenuhnya memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Dalam kaitan ini, Muryono
& Utami (2020) mengemukakan bahwa mengidentifikasi potensi lahan pertanian yang dapat
ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan harus didasarkan pada pendekatan
keseuaian lahan. Untuk keberlanjutan ekologis, lahan harus dipertahankan fungsinya melalui
konservasi guna mencegah terjadinya degradasi (Pramesty, 2014).
Pulau Nusalaut merupakan pulau kecil sekitar 32,50 km
2
dan didominasi oleh topografi
wilayah yang berbukit sangat rentan (vulnerable) terhadap perubahan atau bencana
hidrogeologis. Oleh karena itu kesesuaian lahan merupakan faktor penting dalam pemfaatan
lahan untuk pengembangan pertanian.
Mencermati berbagai hal di atas. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Memperoleh
data dan informasi tentang ciri-ciri dan kualitas lahan di Pulau Nusalaut, (2) Menentukan kelas
kesesuaian lahan untuk produksi tanaman pangan, dan (3) Memetakan kelas kesesuaian lahan untuk
produksi tanaman pangan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan analitik dan jarak
observasi yang digunakan adalah survei bebas (free survey) dengan tipe obesrvasi boring dan profil
lengkap.
Pengumpulan data dan metode analisis aspek fisik lahan terhadap komponen Satuan Lahan
(land unit) meliputi : (1) Analisis peta-peta tematik (peta topografi dan peta geologi); (2) Penyusunan
Peta Satuan Lahan (PSL) melalui proses tumpangsusun (superimpose) peta-peta tematik hasil analisis
yakni peta Ketinggian, peta bahan induk, peta kelas lereng, peta penutup dan penggunan lahan; (3)
Survei lapangan mengadopsi metode survei lapangan, yaitu digunakan teknologi survei bebas untuk
berkonsentrasi pada daerah sampel, dan pemeriksaan tambahan dilakukan di luar daerah sampel; (4)
Pengamatan karakteristik lapangan dan kualitas setiap Satuan Lahan, ( 5) Karakteristik lahan dari
masing-masing Satuan Lahan dan analisis kualitas.
Pengolahan dan analisis data sekunder dan data lapangan untuk: (1) menetapkan tingkat
kesesuaian lahan bagi komoditas pertanian tanaman pangan, di Pulau Nusalaut; (2) menghasilkan Peta
kelas kesesuaiaan lahan untuk komoditas tanaman pangan di pulau Nusalaut.
Hasil dan Pembahasan
Pulau Nusalaut yang 32.50 km
2
terletak antara 3º 42′ 5,36″ - 39’16,07” Lintang Selatan dan
128º 45′ 10.17″ - 128º48’ 22.5” Bujur Timur. Secara geografis, sebelah Utara Pulau Nusalaut
berbatasan dengan Pulau Saparua, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda, sebelah Timur
dengan Laut Seram dan Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Molana. Secara administratif
pemerintahan, wilayah Pulau Nusalaut merupakan salah satu dari 5 (lima) kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku yang memiliki 7 negeri (desa) dengan total luas
daratan terluas (Marasabessy, Marasabessy, Tualeka, & Tualeka, 2021).
Untuk menentukan komoditi yang dapat dibudidayakan perlu mempertimbangkan kondisi iklim
wilayah. Kondisi curah hujan dan suhu udara rata-rata serta bulan kering merupakan faktor penentu
dalam usaha budidaya tanaman.
Daerah penelitian memiliki pola hujan lokal-unimodal (Pembuain, Pattinama, & Leatemia,
2022) dengan curah hujan 3.336 mm/tahun dan suhu udara rata-rata 26,6ºC. Puncak hujan bisanya
berlangsung dalam bulan Juni dan Juli, sedangkan bulan November merupakan bulan terkering dalam
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1486
setahun. Berdasarkan sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson dalam (Faisol, Paga, & Edowai,
2022) daerah penelitian termasuk dalam Tipe Iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi
hutan hujan tropik (nilai Q = 10,04%); yang dicirikan oleh rata-rata bulan kering (curah hujan < 60
mm/bulan) selama 1,12 bulan dan rata-rata bulan basah (curah hujan > 100 mm/bulan) selama 9,88
bulan. Selanjutnya menurut sistem klasifikasi O
ldeman (1975), daerah penelitian termasuk Zona Agroklimat C
1
, yang dicirikan oleh banyaknya
bulan basah (curah hujan > 200 mm/bulan) selama 6 bulan berturut-turut (April September) dan
hanya 1 bulan kering (curah hujan < 100 mm/bulan) pada bulan November, dengan panjang periode
pertumbuhan tanaman selama 11 bulan (Desember Oktober).
Penelitian di Pulau Nusa Laut menggunakan pendekatan satuan lahan. Atribut penyusun satuan
lahan diperoleh melalui interpretasi Arcgis dari hasil analisis beberapa peta tematik seperti peta
lereng, peta geologi dan peta penggunaan lahan serta hasil pengamatan lapangan. Keragaman satuan
lahan diperoleh melalui tumpangsusun peta lereng, peta geologi dan peta penggunaan lahan. Peta
satuan lahan Pulau Nusalaut disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Satuan Lahan Pulau Nusalaut
Sifat/ciri fisik satuan lahan yang diuraikan adalah drainase tanah, tekstur tanah, kedalaman
efektif (larutan tanah), kemiringan lereng, kondisi erosi dan singkapan batuan. Drainase tanah
menunjukkan tingkat di mana air diserap dari tanah, atau menunjukkan kejenuhan air yang
berkepanjangan dan sering. Drainase tanah di daerah penelitian terbagi menjadi drainase baik dan
drainase sedang. Drainase tanah yang baik berarti air dapat meresap ke dalam tanah dengan mudah,
tetapi tidak cepat. Air tanah biasanya sangat dalam. Ciri-ciri yang dapat dikenali di lapangan adalah
warna tanah yang seragam, bebas besi dan mangan atau karat dan bercak abu-abu (tereduksi).
Drainase relatif buruk, yaitu rembesan air lambat dan tanah tidak terlalu lembab. Drainase tanah ini
dapat mempengaruhi tanaman dengan toleransi air yang buruk kecuali dikeringkan. Ciri-ciri yang
dapat dikenali adalah tanah berwarna homogen dan keabu-abuan (tereduksi) pada lapisan tanah
hingga >25 cm.
Menurut klasifikasi tanah nasional dan padanan jenis atau group yang ditemukan adalah:
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1487
Regosol (Psamments) tekstur kasar, sedangkan jenis tanah Gleisol (Aquepts), Litosol (Orthents),
Kambisol (Udepts), dan Latosol (Udepts), memiliki tekstur sedang sampai agak halus (Gayo,
Zainabun, & Arabia, 2022).
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman dimana akar tanaman masih dapat masuk ke dalam
tanah. Kedalaman biasanya dibatasi oleh lapisan penekan. Kedalaman efektif yang ditemukan di
daerah penelitian berkisar dari lapisan terlarut yang sangat dangkal hingga sangat dalam.
Secara umum, kelerengan daerah penelitian berkisar dari datar hingga sangat curam.
Kemiringan yang disarankan untuk pengembangan pertanian berkisar antara 0 8 %, 8 15 %, 15
30 % dan 30 45 %. Pada saat yang sama, lereng >45% harus dicadangkan untuk perlindungan.
Erosi yang ditemukan di daerah penelitian dicirikan dengan kondisi penggunaan lahan tersebut
terjadi akibat dari pengaruh manusia melalui pembukaan hutan dengan penebangan dan pembakaran.
Hal ini mengakibatkan timbulnya lahan-lahan kritis.
Singkapan batuan yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan lapangan menyebar pada alur
alur sungai dan pengangkatan koral yang beriinterkolasi dengan bahan tuf, sehingga tidak menjadi
penghambat untuk pengembangan pertanian di wilayah tersebut.
Pendekatan sifat-sifat kimia tanah yang dinilai di daerah penelitian menggunakan hasil
penelitian tanah terdahulu meliputi reaksi tanah (pH), Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan
Basa (KB), dan Kandungan C-Organik yang menggambarkan kondisi retensi dan ketersediaan hara
(Moulia, 2019). Hasil analisis pH tanah menunjukkan bahwa rentang respon tanah di daerah
penelitian adalah pH 5,9-7,5 atau agak masam hingga netral.
Tanaman pertanian umumnya tumbuh dan berkembang dengan baik pada kisaran pH 5,5
sampai 6,5, karena unsur hara esensial tersedia untuk memenuhi kebutuhan tanaman pada tingkat pH
tersebut. Kapasitas Tukar Kation (KTK) menunjukkan kemampuan koloid tanah untuk menyerap dan
menukar kation dari larutan tanah. KTK tanah di daerah penelitian berkisar dari sangat rendah (2,3
me/100g) hingga sedang (24,4 me/100g).
Tanah dengan KTK tinggi menyerap lebih banyak kation basa daripada tanah dengan KTK
rendah (Risamasu, 2016). Adsorpsi terjadi pada permukaan koloid tanah, dan kation yang terserap
menjadi kation yang dapat ditukar. Nilai KB umumnya berkisar dari sangat rendah (22,6%) hingga
sangat tinggi (100%). Tanah di daerah datar didominasi oleh KB yang sangat tinggi. Sedangkan lahan
di daerah perbukitan didominasi oleh KB rendah hingga sedang.
Tanah dengan KB rendah umumnya sedikit masam dan kesuburannya rendah (Firnia, 2018).
Untuk meningkatkan kesuburan tanah jenis ini, selain pemberian bahan organik juga perlu dilakukan
pemberian kapur pertanian. Dalam hal ini, bahan organik meningkatkan KTK tanah, sedangkan kapur
meningkatkan pH dan meningkatkan konsentrasi kation basa, terutama Ca dan Mg.
Kandungan bahan organik tanah bervariasi dari sangat rendah (0,6%) hingga sangat tinggi
(4,9%). Tingkat bahan organik yang sangat rendah ditemukan di tanah yang telah kehilangan lapisan
atasnya karena erosi. Pada saat yang sama, kandungan bahan organik yang tinggi ditemukan pada
permukaan tanah yang tidak tererosi, dengan menggunakan parameter sifat kimia tanah yang
diperoleh dari analisis laboratorium, status kesuburan tanah di wilayah studi dievaluasi sesuai dengan
standar yang digunakan oleh PPT/P3MT (Risamasu, 2016). Untuk menilai status kesuburan tanah di
lokasi penelitian hanya digunakan parameter KTK (cmol/kg), KB (%), bahan organik (%) dan P2O5
ppm.
Tanah yang tergolong sangat rendah hingga rendah tidak menawarkan potensi yang baik untuk
usaha pertanian berdasarkan penilaian kandungan unsur hara. Tanah ini membutuhkan nutrisi
tambahan untuk hasil maksimal, dengan kata lain, tanaman merespon dengan sangat baik terhadap
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1488
pemupukan dengan unsur-unsur yang relevan. Dalam hal ini juga perlu diperhatikan keseimbangan
unsur hara lainnya, karena meskipun kandungan unsur hara N, P, dan K dalam tanah cukup untuk
memaksimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman, jika keseimbangan unsur hara lainnya kurang, hasil
akan turun dan tanaman akan mencapai Kurang dari yang diharapkan.
Evaluasi kesesuaian lahan mengadopsi “Pedoman Teknis Evaluasi Penggunaan Lahan Hasil
Pertanian”. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian (Mulyani, Ritung, & Las, 2011).
Jenis komoditas yang dianalisis kesesuaiannya untuk daerah penelitian sebanyak 3 (tiga) jenis
tanaman pangan, yaitu ubi kayu (Manihot esculenta), ubi jalar (Ipomoea batatas) dan jagung (Zea
mays).
Hasil klasifikasi dan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi-padian di wilayah studi
adalah sebagai berikut :
Tanaman ubi kayu diklasifikasikan menurut faktor marginal (S3) dan faktor pembatas
ketersediaan air (wa) seluas 1412.51 ha atau 64.68 %, ketersediaan air dan media perakaran (wa, rc)
seluas 39.89 ha atau 1.83 % dan untuk kelas tidak sesuai (N) seluas 731.52 ha atau 33.50 %. Total
luasan ini dibagi dengan luasan dari Areal Penggunan Lain (APL) sebesar 2184 ha, bukan dari total
luasan unit lahan yang luasnya 2697 ha.
Gambar 2. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Ubi Kayu di Pulau Nusalaut
Tanaman ubi jalar memperoleh kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor
pembatas ketersediaan air (wa) seluas 330.7 ha atau 15.14 %, ketersediaan air dan media perakaran
(wa, rc) seluas 189.59 ha atau 8.68 %, ketersediaan air, media perakaran dan lereng (wa,rc, eh) seluas
932.09 ha atau 42.68 % dan untuk kelas tidak sesuai (N) seluas 731.52 ha atau 33.50 %.
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1489
Gambar 3. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Ubi Jalar Pulau Nusalaut
Tanaman jagung memperoleh kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor
pembatas ketersediaan air (wa) seluas 520.29 ha atau 23.82 %, ketersediaan air dan media perakaran
(wa, rc) seluas 932.09 ha atau 42.68 %, dan untuk kelas tidak sesuai (N) seluas 731.52 ha atau 33.50
%.
Gambar 4. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung Pulau Nusalaut
Hasil evaluasi menunjukkan nilai kesesuaian lahan di wilayah studi adalah: S3 (cocok
marginal) dan N (tidak sesuai), dengan faktor pembatas sebagai berikut : Faktor pembatas fisik lahan
terdiri dari: ketersediaan oksigen (oa) (drainase tanah, media perakaran (rc): kedalaman tanah,
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1490
bahaya erosi (eh) (lereng); faktor pembatas agroklimat/iklim: (wa) yaitu curah hujan; faktor pembatas
retensi hara (nr) ( KTK, KB, pH)
Usaha perbaikan terhadap kualitas/karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas
kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditi pertanian tertentu tergantung dari sifat lahan
tersebut, apakah sifat tersebut termasuk sifat yang dapat diperbaiki atau dikelola atau termasuk sifat
lahan yang tidak dapat diperbaiki atau tidak dapat dikelola. Sifat yang dapat diperbaiki bervariasi
dalam hal input/masukan yang diperlukan, tergantung pada tingkat pengelolaan mana yang akan
diterapkan.
Berdasarkan penilaian nilai kesesuaian lahan kelompok komoditas tanaman pangan ubi kayu,
ubi jalar dan argonne, dapat diketahui bahwa kelompok komoditas tanaman pangan yang diperoleh
adalah nilai kesesuaian lahan S3 dan N. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi medan didominasi oleh
bentuk lahan perbukitan terjal (30->45%). Dibandingkan dengan dataran datar, kemiringannya sangat
kecil, sehingga kemiringan merupakan salah satu faktor pembatas pengembangan pertanian pangan di
wilayah pulau.
Kesimpulan
Kelompok komoditas tanaman pangan di Pulau Nusalaut peringkat kesesuaian lahan marginal
(S3) dan tidak sesuai (N), yaitu Tanaman ubi kayu memperoleh kelas sesuai marginal (S3) dengan
faktor pembatas ketersediaan air (wa) seluas 1412.51 ha atau 64.68 %, ketersediaan air dan media
perakaran (wa, rc) seluas 39.89 ha atau 1.83 % dan untuk kelas tidak sesuai (N) seluas 731.52 ha atau
33.50 %. Tanaman ubi jalar memperoleh kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor
pembatas ketersediaan air (wa) seluas 330.7 ha atau 15.14 %, Ketersediaan air dan media perakaran
(wa, rc) seluas 189.59 ha atau 8.68 %, ketersediaan air, media perakaran dan lereng (wa,rc, eh)
seluas 932.09 ha atau 42.68 % dan untuk kelas tidak sesuai (N) seluas 731.52 ha atau 33.50 %.
Tanaman jagung Memperoleh nilai kesesuaian lahan berdasarkan margin (S3) dengan batasan
ketersediaan air (wa) seluas 520.29 ha atau 23.82 %, Ketersediaan air dan media perakaran (wa, rc)
se-luas 932.09 ha atau 42.68 %, dan untuk kelas tidak sesuai (N) seluas 731.52 ha atau 33.50 %.
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1491
Bibliografi
Faisol, Arif, Paga, Bertha Ollin, & Edowai, Desi Natalia. (2022). Pemutakhiran Zona Iklim Schmidt
Ferguson Melalui Pemanfaatan Data Climate Hazards Group Infrared Precipitation with Stations
untuk Mendukung Pengembangan Pertanian di Provinsi Papua Barat. Prosiding Seminar
Nasional Pembangunan Dan Pendidikan Vokasi Pertanian, 3(1), 546556.
https://doi.org/0.47687/snppvp.v3i1.338
Firnia, Dewi. (2018). Dinamika unsur fosfor pada tiap horison profil tanah masam. Jurnal
Agroekoteknologi, 10(1). https://doi.org/10.33512/j.agrtek.v10i1.5464
Fitrianto, Deddy, Senoaji, Gungung, & Utama, Satria Putra. (2019). Analisis Kesesuaian Lahan Untuk
Permukiman Transmigrasi Di Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara. Naturalis: Jurnal
Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan, 8(2), 6375.
https://doi.org/10.31186/naturalis.8.2.9210
Gayo, Ayu Ara Putri, Zainabun, Zainabun, & Arabia, Teti. (2022). Karakterisasi Morfologi dan
Klasifikasi Tanah Aluvial menurut Sistem Soil Taxonomy di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 7(3). https://doi.org/10.17969/jimfp.v7i3.20885
Marasabessy, Ilham, Marasabessy, Abdullah, Tualeka, Oki Nurul Asma, & Tualeka, Desmi Insu.
(2021). Penentuan Klaster Wilayah Kecamatan Berdasarkan Pusat Pelayanan Masyarakat di
Wilayah Kepulauan Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah
Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(3), 314325. https://doi.org/10.29244/agrokreatif.7.3.314-
325
Moulia, Eva. (2019). Analisis komunitas bakteri tanah sulfat masam dari dua tipe lahan rawa di
Kalimantan dengan pendekatan Next Generation Sequencing (NGS). Retrieved from
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/48297
Mulyani, Anny, Ritung, Sofyan, & Las, Irsal. (2011). Potensi dan ketersediaan sumber daya lahan
untuk mendukung ketahanan pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 30(2), 7380. Retrieved from
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian (Ritung
Muryono, Slamet, & Utami, Westi. (2020). Pemetaan potensi lahan pertanian pangan berkelanjutan
guna mendukung ketahanan pangan. BHUMI: Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 6(2), 201218.
https://doi.org/10.31292/bhumi.v6i2.431
Pembuain, Mateos F., Pattinama, Marcus J., & Leatemia, Ester D. (2022). Strategi Adaptasi Petani
Terhadap Peruba\Han Iklim Untuk Mempertahankan Produksi Jagung Di Desa Manuweri
Kabupaten Maluku Barat Daya. Agrilan: Jurnal Agribisnis Kepulauan, 10(2), 143157.
Https://Doi.Org/10.30598/Agrilan.V10i2.1423
Pramesty, Anggun Rea. (2014). Perhitungan daya dukung lingkungan berdasarkan ketersediaan air
dan produktivitas lahan di Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang. Jurnal Teknologi
Lingkungan Lahan Basah, 2(1). https://doi.org/10.26418/jtllb.v2i1.7660
Renyut, Lukas Rezky, Kumurur, Veronika, & Karongkong, Hendriek H. (2018). Identifikasi Dan
Pemetaan Lahan Kritis Dengan Menggunakan Teknologi Sistem Infomasi Geografis (Studi
Kasus Kota Bitung). SPASIAL, 5(1), 92104. https://doi.org/10.35793/sp.v5i1.19101
Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Komoditas Pertanian Tanaman
Pangan di Pulau Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 3, No. 11, November 2022
1492
Risamasu, Robby G. (2016). Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Komoditi Perkebunan
Potensial di Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon. Jurnal Budidaya Pertanian, 12(2), 95
100. Retrieved from https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/bdp/article/view/329
Sudipa, Nyoman. (2021). Status Daya Dukung Lahan untuk Keberlanjutan Pangan di Kabupaten
Klungkung. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 26(4), 597604.
https://doi.org/10.18343/jipi.26.4.597
Wanderi, Wanderi, Qurniati, Rommy, & Kaskoyo, Hari. (2019). Kontribusi tanaman agroforestri
terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani. Jurnal Sylva Lestari, 7(1), 118127. Retrieved
from http://repository.lppm.unila.ac.id/10719/